Minggu, 31 Oktober 2021

Mengenal Tari Maggiri Yang Terkenal Ekstrim berasal Dari Suku Bugis

 Indonesia merupakan Negara yang terkenal kaya akan budaya,tradisi, dan juga suku. Seperti kita ketahui bahwa di setiap pulau yang ada di Indonesia memiliki beraneka ragam suku dan budaya, seperti contohnya di sulawesi terdapat beberapa suku yaitu, suku Bugis, Makassar, Mandar, toraja, dan masih banyak lagi.


Dan yang akan saya bahas kali ini yaitu tentang budaya atau tradisi yang berupa seni tari, yang mana menjadi tarian yang terkenal mistis dan tentunya ekstrim. Seperti artikel yang pernah saya bahas beberapa waktu lalu yaitu  Tradisi-tradisi Ekstrim Dari Suku Bugis yang mana isi dari artikel tersebut juga membahas tentang tradisi-tradisi bugis yang ada sulawesi.


Artikel kali ini, selain bertujuan untuk memperkenalkan seni dan budaya Indonesia, juga tentunya menjadi hal yang memang patut untuk dibahas. Melihat perkembangan  di era sekarang ini, dimana anak muda lebih mementingkan gaya hidup modern dibanding mengenal budaya dan tradisi yang ada di Indonesia.


Jadi, dapat saya simpukan bahwa penting bagi kita untuk membahas tentang budaya dan tradisi yang ada di Indonesia, salah satunya adalah tarian khas bugis yaitu Tari Maggiri yang mungkin Anda ketahui Nama dan keekstrimannya, namun penting bagi  Anda juga untuk mengetahui tujuan dan makna dari tarian tersebut. Berikut ulasannya:



TARI MAGGIRI


Tari maggiri merupakan tarian adat bugis Di perjukkuan oleh seorang atau beberapa orang dalam kelompok tari tersebut, didalam pertujukkan tarian ini, penari mempertunjukkan kekebalan mereka terhadap benda tajam.



Biasanya, tarian tersebut dipertunjukkan oleh sekelompok orang-orang tertentu, yang mana orang tersebut dikenal dengan sebutan atau julukan Bissu. Bissu adalah sekelompok orang yang didalam istilah suku bugis lebih dikenal dengan kaum ''meta-gender'' yang diyakini sebagai orang yang mengabdi sebagai imam besar pada populasi suku bugis setempat.


Bissu merupakan manusia biasa namun mereka berbeda dengan manusia pada umumnya, karena bisa dikatakan bukan pria, dan bukan pula wanita. Didalam bahasa bugis, Bissu dikenal dengan istilah ''Calabai'' dalam artian sosok pria yang mana tingkah dan kelakuannya lebih mencolok layaknya seorang wanita. Namun mereka memiliki kelebihan, yang mana kepercayaan suku bugis mempercayai bahwa sosok Bissu merupakan seseorang yang menjadi penghubung antara Dewa di langit dengan manusia biasa.


Bissu memegang peranan-peranan besar didalam tradisi atau upacara suku bugis. Selain itu, golongan inilah yang menjadi pemeran didalam tari tradisional, yaitu tari maggiri. Namun hinggah saat ini jumblah Bissu tergolong berkurang, namun tarian ini hinggah saat ini masih dapat dinikmati oleh masyarakat luas, khususnya petinggi-petinggi atau pemerintah yang berkunjung atau menghadiri upacara adat suku bugis, yang mana biasanya disambut dengan pertunjukan tarian maggiri tersebut.


Tari maggiri, konon katanya diperkiraan sudah ada sejak zaman pemerintahan Raja Bone pertama. Raja yang bergelar ''To Manurung Ri Matajang'' yang mana erah pemerintahannya sekitar tahun 1326-1358. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang berkembang di Istana kerajaan Bone.


Didalam pertunjukan tari maggiri tersebut di mana seseorang atau sekelompok Bissu mempertujukkan dirinya sedang menusuk-nusukkan benda Pusaka berupa Keris ke tubuh bagian yang rentan terluka oleh benda tajam, seperti bagian leher, perut, pergelangan tangan, bahkan di bagian mata. Para Bissu tersebut yang sedang melakukan tarian maggiri tersebut diyakini mendapat kekuatan dari para Roh leluhur sehinggah kebal terhadap senjata tajam.


Tarian yang menurut orang awam ini merupakan tarian mistis biasanya di pertujukkan pada upacara perayaan penyambutan tamu, atau menjadi pelengkap upacara atau tradisi suku bugis. Tarian ini bisa saja dilakukan oleh Bissu seorang diri, namun yang menjadi kebiasaan yang hinggah saat ini jika dipentaskan lebih melibatkan beberapa orang Bissu.


Sebelum melakukan tarian maggiri tersebut, Bissu yang akan menari, akan melakukan ritual khusus terlebih dahulu atau membaca mantra. Bunyi Gendang yang dimainkan oleh, di dalam bahasa bugis dikenal dengan istilah ''Pa Ganrang''(penabuh gendang) itu merupakan tanda dimulainya pementasan tarian tersebut.


Bissu yang berperan didalam tari maggiri ini, mereka dibaluti atau memakai pakaian adat bugis, kemudian perlahan melangkah ke area pementasan tarian tersebut membawa ''Alusu'' sebagai pelengkap tarian. Ia menginjak alas berupa kain putih yang disebut dengan istilah ''Kain Tallattu'' yang terbentang menjadi area pementasan kemudian perlahan-lahan melangkah diiringi alunan gendang yang makin lama makin kuat terdengar.


''Alusu'' yang dibawah oleh penari tersebut mulailah dimainkan dengan cara digoyangkan perlahan-lahan sehingga menimbulkan suara-suara kecil. Suara Alusu tersebut nyaris tidak terdengar karena tenggelam oleh suara alunan gendang yang mengiringi penari tersebut. Tujuan membunyikan Alusu tersebut konon, menjadi pengantar berjalannya Doa.


Kemudian setelah melakukan gerakan-gerakan tersebut, dilanjukkan dengan meletakkan Alusu yang tadinya dimainkan sebagai pengantar doa, lalu kemudian mengambil ''Alameng''. Semua gerakan dilakukan dengan sangat pelan tentunya konsentrasi dengan sangat penuh penghayatan.


Yang dimaksud dengan ''Alameng''tersebut adalah, yaitu sejenis Pedang khusus. Ukuran dari Alameng tersebut sedikit lebih panjang dari Keris yang juga nantinya digunakan oleh Bissu didalam tari maggiri ini. Alameng dianggap atau diidentikkan sebagai Naga, yang mana benda tersebut gagang dan sarungnya terbuat dari kayu di hias dengan balutan Emas atau Perak.


Penari memegang Alameng yang masih bersarung dengan kedua tangannya, lalu benda tersebut diangkat-angkat kearah kepalanya. Lalu kemudian penari tersebut menurunkan badan seperti layaknya orang yang hendak berlutut, kemudian mengeluarkan Alameng tersebut dari sarungnya. Lalu selanjutnya melanjukkan gerakan tariannya dan memainkan Alameng tersebut ditangan kirinya dan sarung benda tersebut di tangan kananya.


Sembari melakukan tariannya, tak lama Bissu yang sedang melakukan tarian itu akan terlihat mulai mengalami keadaan trans dan berada di bawah pengaruh alam bawah sadarnya. Keris yang dikenal dengan istilah bugis dinamakan ''Sapukala'' yang terselip dibalik ikat pinggangnya lalu kemudian diambil dan dikeluarkan dari sarungnya.


Lalu kemudian dilakukanlah hal yg menurut orang awam itu hal yang luar biasa, karena seorang penari tersebut mengiris-iris dan menusuk badannya dan yang menjadi anehnya keris tersebut seakan-akan tidak berguna atau tidak sama sekali melukai kulit Bissu tersebut, tidak sama sekali mengeluarkan darah sedikitpun.


Setelah beberapa saat melakukan antraksi ekstrim tersebut, kemudian pada akhir prosesi tarian, Bissu tersebut kemabali memasukkan kerisnya ke balik ikat pinggangnya masing-masing, lalu mengambil daun didalam wadah berupa baskom yang memang disiapkan sebagai pelengkap tarian maggiri tersebut, lalu memercikkan air memakai daun tersebut ke sekeliling area dimana tempat dilakukannya upara adat tersebut, dan itu menjadi penutup dari tarian maggiri ini.





EmoticonEmoticon