Table of Content

     Angngaru berasal dari kata ''aru''(sumpah). sedangkan angngaru (bersumpah). Angngaru merupakan bentuk ikrar atau sumpah yang digunakan leluhur bugis untuk mengabdi kepada Raja, atau bahkan angngaru jga dapat digunakan sebaliknya yaitu dari Raja kepada rakyatnya.


    Pada zaman dahulu, Angngaru dilakukan sebelum prajurit berangkat ke medan perang.Para prajurit harus mengucapkan ikrar atau sumpah ''aru''(sumpah setia) di depan sombayya. Prajurit bersumpah untuk berjuang keras jiwa dan raganya untuk mempertahankan wilayah kerajaan.


    Beberapa sumber, ada yang menyebut bahwa, angngaru ini merupakan tarian, karya sastra, dan tradisi. Tradisi ini berisi pesan moral, penjagaan terhadap bahaya, dan kesiagaan perlindungan. Pesan moral yang dibawakan oleh orang yang sedang melalukan Angngaru tersebut tersampaikan pada gerakannya, yang disertai dengan ucapan tegas yang lantang.


    Hanya orang-orang tertentu yang bisa membawakan tradisi ini, karena hal ini membutuhkan keahlian khusus. Di dalam pemetasannya, pelaku Angngaru juga memainkan senjata khas sulawesi yaitu, Badik, yang mana di daerah tersebut lebih dikenal dengan nama ''Kawali'' dan mengandung makna filosofi badik sebagai lambang penjagaan atau simbol perlindungan.





    SEJARAH ''ANGNGARU''



    Tradisi Angngaru menurut sejarahnya sudah ada sejak abad ke-13 masehi. ''Aru''mulanya sebuah perjanjian yang diucapkan oleh Raja kepda Dewan Adat, biasanya diucapkan oleh Raja yang baru saja dilantik dan berikrar dengan cara Angngaru.

    Sang Raja berikrar dengan cara Angngaru berarti bahwa, akan setia dan amanah menjalankan tugas dan kewajibanya di depan dewan adat dan disaksikan oleh rakyatnya.


    Di dalam kegiatan tersebut, bertujuan untuk memperoleh kesepakatan, bahwa raja adalah pemimpin yang memegang kendali atas rakyatnya. 

    ......




    Angngaru merupakan bagian tradisi yang mengandung pesan moral, termasuk didalamnya terdapat pesan spiritual. Tidak semua orang bisa membawakan Angngaru, hanya orang yang bisa dihitung jari keberadaannya disetiap kelompok masyarakat khususnya yang ada di sulawesi selatan.


    Di era milenial saat ini, sudah jarang dijumpai dan ditampilkan oleh generasi muda budaya Angngaru. Belum lagi kondisi sanggar budaya yang ada mulai sepi peminat untuk mengembangkan budaya yang menggunakan senjata khas bugis ini, yaitu ''Kawali''(badik).


    Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melestarikannya, karena budaya tersebut merupakan identitas dan jatih diri yang menjadi warisan nenek moyang kita yang tak ternilai harganya. Mari kita jaga dan lestarikan.!

    Related Posts: