Artikel kali ini membahas tentang fenomena budaya dan tradisi yang menjelma dalam dalam dunia modern, marilah dengan bijak dalam membaca pengetahuan yang telah di tinggalkan leluhur kita.
Wabah corona atau virus covid-19 telah menelan banyak korban jwa, dan menyangkit ribuan bahkan jutaan orang di indonesia, tidak hanya di indonesia, numun hampir di seluruh dunia, di lain pihak, menururut primbon jawa, konon katanya leluhur kita terdahulu mengamati petanda alam khususnya yang terkait dengan wabah penyakit.
Menurut primbon jawa dan juga budaya bali,wabah ini dapat di prediksi dengan ilmu titen[mengamati alam] yang tertuan dalam beberapa serat,primbon, dan lontar.
Gempa pada tanggal 10dan 12 maret 2020 lalu di percaya sebagai petanda datangnya penyakit, didalam kalender jawa, gempa tersebut terjadi di bulan rajab. Pada kalender matahari jawa dan bali yang biasa di pakai untuk menghitung pranatamangsa, hari terjadinya gempa itub masuk kedala sesi kasanga[bulan-9].
Dalam tradisi lisan tentang pelelindhon, gempa yang terjadi pada siang hari pada bulan rajab di anggap memberi petanda wabah penyakit, kesulitan, dan kesensaraan rakyat di suatu daerah. Dalam buku primbon jawa kuno, gempa tersebut juga memberi isyarat adanya wabah penyakit pada hewan ternak.
Manuskrip lontar dari bali yang berjudul pawukon taliwangke koleksi FSUI menyebutkan bahwa gempa ini sebagai petanda bahaya, karena terjadi di sasi kasanga. Di sebutkan jika terjadi di sasi kasanga sebab "Bhatari Durga Bali, disebutkan bahwa gempa tersebut sebagai"hudan apuy" atau hujan api.
Ilmu titen atau megapati petanda alam yang tertulis pada primbon-primbon di atas memberi kita sedikit informasi. Yang perlu kita baca, leluhur kita terutama di daerah jawa sebetulnya telah merumuskan cara membaca alam untuk mengantisipasi banyak kejadian.
Cara memprediksi berbagai fenomena alam ini perlu untuk di kaji lebih dalam secara sains dan budaya.
EmoticonEmoticon