Selasa, 19 Oktober 2021

Mengenal, Tradisi Sigajang Laleng Lipa dari Suku Bugis

Tags

 Indonesia terkenal kaya akan budaya dan tradisi. Yang mana tradisi-tradisi tersebut memiliki makna dan tujuan yang dipercayai sejak dahulu dan menajadi keyakinan yang hinggah saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat, utamanya tradisi yang ada pada suku bugis.


Suku bugis memiliki berbagai macam tradisi yang mana hal tersebut dilakukan ketika acara adat ataukah acara besar yang berkaitan dengan budaya, seperti contohnya, acara peringatan hari jadi bone, cara adat seperti pernikahan adat bugis, bahkan tradisi yang masih sering dilakukan yaitu setelah panen padi.


Kabupaten bone, merupakan wilayah yang mana penduduknya mayoritas suku bugis yang masih kental akan adat-istiadat dan tradisi peninggalan leluhur yang masih dilestarikan hinggah sekarang ini, salah satunya adalah tradisi sigajang laleng lipa.


Sigajang laleng lipa merupakan tradisi yang mana hal tersebut konon katanya dilakukan ketika ada masalah yang dialami oleh dua laki-laki dewasa, dimana masalah tersebut menyangkut harga diri dan tidak kunjung terselesaikan.


Maka, digelarlah tradisi sigajang laleng lipa yang mana menjadi penyelesaian dari masalah yang tak kunjung selesai itu. Sigajang laleng lipa merupakan tradisi eksrim, karena untuk melakukan tradisi ini alat yang digunakan merupakan benda pusaka atau senjata khas suku bugis yaitu, berupa badik yang dikenal dengan sebutan Kawali.


Kawali merupakan penanda atau menjadi kepercayaan masyarakat suku bugis sebagai identitas laki-laki bugis, konon katanya, orang terdahulu kita yg bersuku bugis, setiap kelahiran anak laki-lakinya maka dibuatkanlah badik atau Kawali untuk menjadi identitas anak laki-laki tersebut.


 Namun ada juga yang merupakan warisan yang mana Kawali yang diberikan kepada anak laki-laki tersebut itu adalah badik warisan dari keluarganya, yang mana kelak anak tersebut dipercyai oleh keluarganya untuk memegang Kawali mana atau badik warisan itu, melambangkan anak laki-laki tersebutlah yang akan memegang dan menjujung tinggi harga diri dan martabat keluarganya kelak.



Sigajang laleng lipa



Sigajang laleng lipa merupakan tradisi berdarah yang ektrim dari suku bugis, yang merupakan penyelesaian masalah dari laki-laki dewasa yang mana masalahnya tidak kunjung terselesaikan, maka dilakukanlah tradisi ini.

Tradisi ini sendiri artinya, saling tikam menggunakan badik dalam satu sarung. Hal ini dilakukan dengan cara mufakat dan musyawarah untuk menyelesaikan suatu masalah.


Konon, tradisi ini berasal dari sifat masyarakat bugis yang menjunjung tinggi rasa malu, atau dalam bahasa setempat disebut dengan ''Siri''.


Siri ini merupakan hal yang sangat dijaga dan berpengaruh bagi masyarakat suku bugis. Bahkan orang bugis memiliki pepatah yang mengatakan '' hanya orang yang memiliki ''Siri'' yang pantas dianggap sebagai manusia.


Di dalam melakukan tradisi tersebut, tidak tanggung-tanggung nyawa menjadi taruhan,maka dari itu tradisi ini dikenal sebagai salah satu tradisi ekstrim, seperti yang pernah kami bahas di artikel sebelumnya, yaitu,Tradisi-tradisi Ekstrim Dari Suku Bugis.


Ritual tersebut dilakukan oleh dua orang dalam satu sarung dengan menggunakan badik, tujuan untuk baku tikam satu sama lain. Namun, apabila setelah melakukan tradisi ini, maka kedua belah pihak harus menghilangkan dendam dan menganggap perkara selesai.


Sarung, dalam tradisi sigajang laleng lipa memiliki makna yang sangat dalam/erat, sarung diartikan sebagai simbol kebersamaan persatuan masyarakat bugis.


Seiring berkembangnya zaman modernisasi, tradisi inipun mulai ditinggalkan, meski demikian, tradisi ini tetap sesekali dilakukan namun dalam bentuk pementasan atau pertunjukan. Tujuannya tak lain dan tak bukan yaitu sebagai menjaga kelestarian warisan budaya suku bugis.



EmoticonEmoticon