Jumat, 17 Desember 2021

Buda Kliwon Pahang Hari Mencabut Panjor Dalam Tradisi Masyarakat Bali

 Perayaan Galungan menjadi momen penting yang secara rutin dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali. Dalam setiap pelaksanaannya, Galungan diadakan dengan rangkaian acara yang sangat panjang. Proses pelaksanaannya diawali dengan Tumpek Wariga dan kemudian diakhiri dengan Buda Kliwon Pegat Uwakan atau Buda Kliwon Pahang.


Sebagai akhir dari rangkaian upacara Galungan, maka pada Buda Kliwon Pahang atau Buda Kliwon Pegat Uwakan ini, segala bentuk atribut Hari Raya Galungan mulai dilepas, seperti penjor, sampian, dan tamiang yang dipasang ketika Hari Raya Galungan dan Kuningan.



Masyarakat Bali yang mana mayoritasnya beragama Hindu itu memang mempunyai banyak tradisi. Dan salah satunya yang pernah saya bagikan untuk Anda yaitu Makna Sugihan Jawa Dan Sugihan Bali. Namun di artikel kali ini saya ingin membahas tentang Buda kliwon pahang, hari mencabut panjor yang menjadi salah satu tradisi masyarakat Bali. Ingin tahu tentang apa yang dimaksud dengan Buda kliwon pahang? simak ulasanya berikut ini:



Apa Itu Buda Kliwon Pahang?


Pelaksanan Buda kliwon pahang bisanyanya dilakukan pada waktu pahang. Pelaksaan buda kliwon pahan menjadi tanda bahwa Gulungan dan Kuningan sudah selesai. Biasanya Buda kliwon pahang disebut juga dengan nama Buda kliwon pegat uwakan / Pegatwakan. 


Pada hari Buda kliwon pahang / Pegat uwakan, biasanya umat Hindu masyarakat Bali melakukan persembahyangan dan juga mencabut Panjor di depan rumah masing-masing. Hal itu menandakan bahwa Galungan dan Kuningan telah berakhir.


Ketika Buda kliwon pahang telah dilaksanakan, maka penjor-penjor yang dipasang itu kemudian akan diturunkan. Kemudian penjor-penjor yang sudah diturunkan itu juga ikut dibakar. Setelah dibakar, masyarakat Bali biasanya untuk menanam abu sisa pembakaran penjor didalam rumah dengan disertai canang sari. Namun tak semuanya melakukan penanaman abu penjor, tergantung daerah masing-masing.




Baca juga: Tradisi Pemakaman Desa Trunyan Bali



Makna Buda Kliwon Pahang 


Secara bahasa, kata "Pegat" memiliki makna atau arti yaitu putus. Sementara itu, kata "uwakan" mempunyai arti kembali. Masyarakat Hindu Bali yang sudah merayakan hari raya Galungan dan Kuningan, telah memperoleh pengetahuan lewat proses pengendalian diri yang dilakukan selama Galungan. Selanjutnya, pengetahuan itu tidak hanya cukup diketahui, tapi di terapkan atau diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini biasanya identik dengan pencabutan penjor. Namun tidak hanya penjor saja yang dicabut / dilepas melainkan sampian, lemak, serta tamiang juga ikut dilepas, perlakuannya juga sama yaitu dibakar juga seprti sarana dari penjor. Disamping itu, terkadang juga dilakaukan pelepasan wastra ( Kain) dan tedung / pajeng (Payung) dari setiap pelinggih di rumah.



Turunnya Sesuhunan


Disamping melakukan pencabutan Penjor, pelaksanaan sampiang, tamiang dan pembersihan lainnya, saat buda kliwon pahang biasanya disetiap Pura dibeberapa daerah di Bali akan menyelenggarakan sesolahan (penampilan) sesuhunan (Barong/ Rangda), serta beberapa tarian-tarian Bali lainnya. Pelaksanaan tersebut biasanya dilakukan saat malam hari ketika hari buda kliwon pahang / pegat uwakan.




EmoticonEmoticon