Mereka melakukan balas dendam terhadap Kira Yoshinaka, pejabat tinggi yang dianggap bertanggung jawab atas kematian tuan mereka. Kisah mereka menjadi salah satu kisah paling terkenal dalam sejarah Jepang dan merupakan simbol kesetiaan, keberanian, dan kehormatan samurai.
Latar Belakang Peristiwa
Pada tahun 1701, kaisar Higashiyama mengirim utusan dari Kyoto ke istana shogun di Edo (Tokyo). Kira Yoshinaka ditugaskan untuk melatih dua daimyo (penguasa daerah) muda, Asano Naganori dari Ako dan Kamei Sama dari Tsumano, tentang etiket istana.
Namun, Kira merasa tidak puas dengan hadiah yang diberikan oleh kedua daimyo itu dan mulai memperlakukan mereka dengan kasar dan hina.
Pada tanggal 14 Maret 1701, Asano tidak tahan lagi dengan perlakuan Kira dan menyerangnya dengan pedang pendek (wakizashi) di ruangan Matsu no Oroka, tempat berkumpul para daimyo. Kira terluka di wajahnya, tetapi berhasil melarikan diri.
Peristiwa ini menimbulkan kemarahan shogun Tokugawa Tsuneyoshi, yang menganggapnya sebagai pelanggaran berat terhadap ketertiban istana.
Shogun memerintahkan Asano untuk melakukan seppuku pada hari yang sama dan mencabut semua wilayah kekuasaan klan Ako Asano. Sementara itu, Kira tidak mendapat hukuman apa-apa.
Akibatnya, sekitar 300 samurai yang melayani Asano menjadi ronin (samurai tanpa tuan). Mereka merasa tidak adil dengan keputusan shogun dan ingin membalas dendam kepada Kira.
Namun, mereka juga menyadari bahwa jika mereka melakukan hal itu secara terbuka, mereka akan dikejar oleh pasukan shogun dan keluarga mereka akan menderita. Oleh karena itu, mereka merencanakan balas dendam secara rahasia dan bersabar menunggu kesempatan yang tepat.
Pelaksanaan Balas Dendam
Pemimpin dari 47 ronin adalah Oishi Kuranosuke, penasehat utama Asano. Dia membagi ronin menjadi dua kelompok: satu kelompok tinggal di Edo untuk mengawasi gerak-gerik Kira, dan satu kelompok lainnya kembali ke Ako untuk menjaga istana Asano.
Oishi sendiri berpura-pura menjadi pria yang mabuk-mabukan dan bersenang-senang dengan wanita untuk mengecoh Kira dan mata-mata shogun.
Setelah hampir dua tahun berlalu tanpa tanda-tanda balas dendam dari ronin Ako, Kira mulai lengah dan mengurangi penjagaannya. Oishi melihat ini sebagai kesempatan emas dan mengirim pesan rahasia kepada para ronin untuk berkumpul di Edo.
Pada malam tanggal 14 Desember 1702, 47 ronin menyusup ke kediaman Kira dengan menyamar sebagai pemadam kebakaran. Mereka berhasil menembus pertahanan rumah Kira dan menyerbu ke dalamnya.
Pertempuran sengit terjadi antara ronin dan pengawal Kira. Ronin memiliki keunggulan dalam hal motivasi dan persiapan, tetapi pengawal Kira memiliki keunggulan dalam hal jumlah Baik, saya akan melanjutkan kontennya. Berikut adalah hasilnya.
Dan persenjataan. Ronin berhasil membunuh sebagian besar pengawal Kira, tetapi Kira sendiri tidak ditemukan di antara mayat-mayat itu.
Oishi menyadari bahwa Kira mungkin bersembunyi di sebuah gudang di belakang rumahnya. Dia memerintahkan beberapa ronin untuk membongkar pintu gudang dan mencari Kira di dalamnya.
Setelah beberapa saat, mereka menemukan Kira bersembunyi di bawah lantai gudang. Mereka menariknya keluar dan menghadapkannya kepada Oishi.
Oishi menghormati Kira sebagai seorang samurai dan menawarkan kepadanya untuk melakukan seppuku dengan pedang pendek Asano yang digunakan untuk menyerangnya. Namun, Kira tidak mau menerima tawaran itu dan hanya gemetar ketakutan.
Oishi akhirnya memutuskan untuk memenggal kepala Kira dengan pedang Asano dan mengambilnya sebagai bukti balas dendam mereka.
Akibat dan Pengaruh Balas Dendam
Setelah menyelesaikan balas dendam mereka, 47 ronin berbaris menuju kuil Sengakuji di Edo, tempat makam Asano berada.
Mereka membawa kepala Kira dan meletakkannya di depan makam tuan mereka sebagai tanda penghormatan. Mereka juga memberikan sumbangan kepada para biarawan kuil dan meminta mereka untuk mendoakan jiwa mereka.
Peristiwa ini menarik perhatian banyak orang di Edo, yang mengagumi keberanian dan kesetiaan 47 ronin. Mereka juga mendapat simpati dari banyak daimyo, yang merasa bahwa shogun telah bertindak tidak adil terhadap Asano dan ronin Ako.
Namun, shogun Tokugawa Tsuneyoshi menghadapi dilema besar. Jika dia membiarkan 47 ronin hidup, dia akan melanggar hukum yang melarang balas dendam pribadi. Jika dia menghukum mereka mati, dia akan menimbulkan kemarahan rakyat dan daimyo.
Shogun akhirnya memutuskan untuk memberikan hukuman ringan kepada 47 ronin. Dia memerintahkan mereka untuk melakukan seppuku dengan terhormat, bukan dipenggal sebagai penjahat.
Pada tanggal 4 Februari 1703, 46 ronin melakukan seppuku secara bersamaan di kuil Sengakuji, sementara satu ronin yang bernama Terasaka Kichiemon dibebaskan karena dia ditugaskan untuk menyampaikan kabar balas dendam kepada keluarga Asano di Ako.
Dia kemudian melakukan seppuku secara sukarela pada tahun 1704 dan dimakamkan bersama rekan-rekannya.
Kisah 47 ronin menjadi legenda yang populer di Jepang dan menjadi inspirasi bagi banyak karya seni, seperti drama kabuki, novel, film, manga, dan anime. Kisah mereka juga menjadi contoh bagi nilai-nilai bushido (kode etik samurai), seperti kesetiaan, keberanian, kehormatan, pengorbanan, dan keadilan.
Kisah mereka juga menunjukkan konflik antara kewajiban moral dan hukum sosial yang sering dialami oleh samurai pada zaman Edo.
Kesimpulan
47 ronin adalah sekelompok samurai yang melakukan balas dendam terhadap Kira Yoshinaka, pejabat yang menyebabkan kematian tuan mereka, Asano Naganori, pada tahun 1701.
Mereka merencanakan balas dendam secara rahasia selama hampir dua tahun dan berhasil membunuh Kira pada tahun 1702. Mereka kemudian melakukan seppuku dengan terhormat di kuil Sengakuji, tempat makam Asano berada.
Kisah mereka menjadi legenda yang populer di Jepang dan menjadi simbol kesetiaan, keberanian, dan kehormatan samurai.
Kalian juga bisa membaca artikel lainnya seperti Kisah Mistis Di Hari Raya Idul Adha
EmoticonEmoticon