Siapa yang sudah tau tentang kisah nyata peziarah gunung kemukus? Pengakuan pelaku pesugihan gunung kemukus telah menjadi bukti nyata bahwa pesugihan gunung kemukus ini bukanlah pesugihan yang biasa. Telah banyak kisah pelaku pesugihan gunung kemukus yang sudah menjadi bahan perbincangan orang-orang khusunya pada masyarakat Jawa Tengah. Pengakuan peziarah gunung kemukus bermacam-macam, mulai dari kisah pelaku pesugihan yang lupa janji dan hal lainnya. Pada kesempatan kali ini mari sama-sama kita menguak fakta di balik dahsatnya pesugihan gunung kemukus.
Pesugihan gunung kemukus adalah pesugihan yang sangat dikenal dengan pesugihan yang menggunakan ritual seks. JIka dilihat sekilas, gunung kemukus tidak jauh berbeda dengan gunung-gunung pada umumnya. Namun, jika anda berkunjung ke tempat ini anda akan menemukan banyak sarung bertebaran d area pegunungan. Untuk apa? Mari simak lebih lanjut
Seperti yang saya katakan tadi bahwa pesugihan di gunung kemukus ini diidentik dengan ritual seks dimana orang yang ingin meminta kekayaan harus berhubungan seks dengan lawan jenisnya. Syarat-syarat tersebut bersifat wajib dan tidak boleh dilanggar. Tapi ironisnya, orang yang ingin melakukan pesugihan harus berhubungan seks dengan orang yang bukan suami/istrinya.
Fakta di Balik Dahsyatnya Pesugihan Gunung Kemukus
Ritual tersebut bukanlah tanpa sebab, tapi ritual ini disebabkan oleh kisah Pangeran Samodra dan Dewi Ontromulan. Pangeran Samodra adalah seorang pangeran yang mencintai ibu tirinya sendiri, Dewi Ontrmulan. Karena hubungan mereka adalah cinta yang terlarang, maka mereka menyembunyikan hubungan mereka rapat-rapat. Tapi namanya saja bangkai, pasti akan tercium juga. Dan pada akhirnya sang Ayah mengetahui rahasia mereka. Pangeran Samoda pun diusir dari kerajaan
Tapi karena cinta Dewi ontromulan kepada Pangeran Samodra yang begitu besar, maka sang Dewi pun mengejar sang Pangeran Samodra. Mereka berdua pun lari ke gunung kemukus untuk mengasingkan diri. Namun, karena warga setempat telah mengakui kedok mereka berdua, maka mereka menghakimi sang Pangeran dan Dewi hingga sekarat. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Pangeran Samodra berwasiat dengan sumpahnya yang berkata
yang sama tujuh kali pada hari pasaran, keinginan orang tersebut akan
dipenuhi.”