Kadang kita bertanya apakah dalam islam manusia lahir dengan kembar buaya ada, bergitu banyak cerita muncul dimasyarakat tentang manusia kembar buaya. Kadang dalam nalar kita itu tidak mungkin.
Di masyarakat Bugis dan Makassar buaya menjadi bagian dari kehidupan manusia adalah lumrah. Kita mengetahui akan kisah yang bermula dimana ketika dunia akan diisi oleh manusia, seorang anak dewa dari langit bernama batara guru diturunkan ke bumi. Dan untuk menemaninya maka diangkatlah sepupunya dari pengusaha dunia bawah bernama We Nyili Timong.
Mitos Kembaran Manusia Dengan Buaya
Kita mengenal buaya di Bone dengan nama To ri Salo yang mana secara umum diartikan sebagai orang yang menghuni sungai) kalau di Luwu disebut dengan dengan Ampu Salu (yang menguasai sungai).
Cerita tentang manusia kembaran buaya berkembang pesat dikalangan masyarakat yang mana meraka telah akrab dengan kisah ini dari kepercayaan nenek moyang meraka.
Kadang kala kejadian ini dianggap suatu anugerah besar karena jarang ada yang melahirkan manusia kembar buaya yang mana buaya ini bukanlah buaya biasa melainkan sejenis dewa penolong yang mana banyak kalangan masyarakat mengagung-agungkannya.
Jika kita berpacu dengan cerita yang berkembang di daerah-daerah banyak yang mempercayai tentang kembaran buaya ini sehingga menimbulkan kepercayaan dimana mahluk yang dikeramatkan berada dijadikan tempat keramat didatangi untuk memberikan sesajen, bernazar dan berkurban untuk membayar nazarnya.
Di dalam masyarakat yang mempercayai tentang ini, bila hendak melakukan hajatan besar terlebih dahulu berziarah ke tempat buaya kembarannya itu, kalau tidak mereka percaya akan mendapatkan kesialan.
Semua ini terjadi karena begitu kentalnya akan doktrin yang telah tertanam dihati mereka sehingga percaya karena adanya :
- Kata-kata dari dukun atau paranormal.
- Seseorang yang kesurupan yang menyatakan bahwa kembaran buaya yaitu manusia, tidak pernah mengunjunginya.
- Dengan melihat langsung, dimana ada buaya datang bertandang di rumah kembarannya.
Ritual Yang Dilakukan Saat Hajatan
- Adapun ritual yang dilakukan jika ingin melakukan hajatan yang memiliki kembaran buaya adalah dengan melakukan “bebuang” semacam sesaji yang berbentuk kapal dari daun pisang yang berisi telur, lilin, kacang-kacangan lalu di hanyutkan ke sungai atau laut dengan bantuan orang pintar (sandro).
- Disaat akan mengucapkan akad nikah dan bersanding harus ada ikatan benang kuning. bila hal ini tidak dilakukan maka terjadi kejadian aneh sewaktu acara pernikahan. begitupun kalau dia hamil 7 bulan dan sebelum melahirkan harus melakukan ritual “bebuang” juga.
Kadang bila kita berpikir secara nalar apakah mungkin manusia bisa ada kembarannya dengan buaya, karena dilihat dari segi biologis DNA tak ada hubungan dan sangat jauh berbeda sama sekali. Jadi kita serahkan saja dari pribadi masing-masing boleh percaya boleh tidak