Sejatinya kitab kamasutra ala bugis ini, berhubungan dengan trik-trik, etika,bahkan doa-doa suami istri dalam berhubungan.
Ada beberapa manuskrip yang dapat saya dapat mengenai Assilaibineng yaitu “mengukur kejantanan dari hembusan nafas”.
Kitab Kamasutra Orang Bugis (Assikalaibineng)
Kitab Assikalaibineng ini bukan sekedar teks yang yang berisi tuntunan
praktek persetubuhan, akan tetapi mengandung makna hakikat hubungan
suami istri dan bukan sekedar hubungan biologis semata, tapi
juga berdemensi psikologis, sosial dan spiritual.
Meskipun demikian dimana kitab Assikalaibineng ini, beragam ilmu tentang
hubungan seks. Akan tetapi lelaki masa lalu tak semuanya bisa
memperoleh dan membacanya. Karena kitab ini hanya diperuntukkan buat
bangsawan.
Ritual Malam Pertama
Dalam salah satu teks Assikalaibineng yang berbahasa Bugis disebutkan ritual malam pertama yang diajarkan agar sang lelaki memulai niat, setelah itu memberi salam.Sebelum memegang tangan perempuannya dianjurkan bersyahadat dan berniat Malaikat Jibril yang meniahkan, Nabi Muhammad menjadi wali atas kehendak Allah Ta’ala.
Konsep Assikalaibineng mengedepankan ideologi dan tata krama yang mana aktivitas penetrasi dimulai dilakukan di dalam satu sarung, kain tertutup atau dalam kelambu.
Asumsi yang diberikan kepada pria tentang 12 titik rangsangan dan rangkaian mantra (paddoangeng).
Dalam buku kamasutra ala Bugis ada 12 titik rangsangan yang menjadi daerah sensasi saat malam pertama.
Dua Belas Titik Rangsangan yaitu :
- Lengan
- Telapak tangan (pale lima)
- Dagu (sadang)
- Pangkal leher (edda’)
- Tengkuk (cekkong)
- Ubun-Ubun (buwung)
- Daun telinga (daun telinga)
- Perantara kening (lawa enning)
- Hidung (inge)
- Buah Dada (pangolo)
- Pusar (posi)
- Vagina
Dalam melakukan hubungan suami istri ini disarankan untuk tenang dan mengatur irama nafas yang mana ini bertujuan agar bisa melafalkan zikir dan menyatukan ingatan kepada Allah.
Ada naskah bertajuk Bunga Rampai Keagamaan dan Nikah Batin, koleksi ANRI Makassar berkode rol 33/40, tersua peringatan kepada suami agar memperhatikan kondisi istri ketika akan mengajak melakukan kegiatan suci bersenggama.
“Narekko maelono patinroi pogauqni riolo`, Nasengengngi alena ricarinnai silaong riauni, Narekko mupatinroni pogaukenni nasengengngi alena ripatinro jemma ripaluppungi madeceng. (Jika kau menjelang tidur maka lakukanlah, Ia menganggap dirinya disayangi dan dicintai, Tapi, jika ia tidur dan kau bangunkan, maka dia menganggap dirinya sebagai budak, tak disayangi,”
Begitupun sebaliknya janganlah buru-buru meninggalkan kamar karena akan menyakitkan hati sang istri, tidurlah bersama dalam satu selimut.
Inti dari ajaran kitab Assikalaibineng adalah megelola nafsu birahi ke arah yang lebih positif dan bermanfaat secara spiritualitas.
Jadi Kita bisa menarik suatu kesimpulan tantangan terbesar dalam hubungan ini mengontrol hawa nafsu dan emosi kita.
Semoga apa yang disampaikan bisa mengajarkan kepada kaum lelaki bagaimana cara menciptakan hubungan suami istri yang lebih bermakna.