Arti Mimpi

Mitos Yang Ada Di Tilangnga Tanah Toraja

Suriyanti

Tanah Toraja terkenal akan detinasinya sebagai tempat pariwisata yang sudah terkenal samapai di manca negara. Pemandangan alam yang masih asri ditambah lagi acara adat kematian yang membuat tanah toraja diimpikan wisatawan lokal maupun internasional.
Ada beberapa mitos yang menyatakan bahwa leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana, yang mana nenek moyang orang Toraja merupakan orang yang pertama menggunakan tangga dari langit untuk turun dari nirwana.
Adapun upacara adat dalam masyarakat Toraja yang paling terkenal yaitu upacara adat Rabu Solo (upacara untuk pemakaman), acara Sapu Randanan, Tompi Saratu, Ma ‘nene dan upacara adat Rambu Tuka.
 
Selain dari mitos tentang leluhur orang Toraja ada juga yang paling terkenal yaitu mitos tentang belut betelinga yang orang toraja mengenal dengan nama “Masapi”.

 

Mitos Tentang Kolam Tilangnga

Ada beberapa mitos yang berkembang dimasyarakat Tanah Toraja tentang sekitar kolam Tilangnga yaitu tentang belut bertelinga atau biasanya orang Toraja menyebut “Masapi”, dan legenda batu yang menyerupai ibu menyusui dengan posisi menjongkok.

Masapi Belut Bertelinga Di Toraja

Ada sebuah mitos yang berkembang di masyarakat Toraja tentang belut bertelinga ini, yang mana bila ingin menemui sibelut raksasa ini datanglah ke Tilangnga yang tepatnya diantara Makale dan Rantepao.

Tempat tersebut terdapat sebuah kolam permandian yang berwarna kehijauan yang sangat jernih airnya dan memberikan kesejukan akan terasa karena dinginnya air permandian tersebut.

Kejernihan dan dinginnya air yang terdapat pada kolam ini membuat kita ingin terjun dan berenang menikmati keindahan kolam Tilangnga ini. Pengunjung dibebaskan untuk berenang yang penting mematuhi ataruan yang berlaku di tempat itu.

Keindahan akan kolam Tilangnga ini ditambah dengan keunikan yang ada dalam kolam Tilangnga yaitu adanya belut bertelinga yang mendiami kolam itu.

Baca Juga :  Mitos Dan Arti Dibalik Menyilangkan Jari Menurut Berbagai Negara

Mitos Tentang Belut Bertelinga Yang Ada di Tilangnga Yaitu:

  • Ada lagi cerita yang berkembang bahwa belut bertelinga ini hanya bisa
    menampakkan diri bila dipancing dengan rebusan telur bebek itupun
    dilakukan oleh anak-anak krena dipercaya anak-anak masih memiliki jiwa
    yang suci.
  • Dimana juga terdapat sebuah cerita bahwa tak boleh
    memancing belut yang ada di kolam Tilangnga karena bila ini dilakukan
    akan kita temui kesialan bahkan kematian yang tak tau penyebabnya.
  • Konon
    menurut cerita bila malam sudah larut akan naiklah raja masapi untuk
    membersihkan dedaunan yang ada dikolam itu dan paginya kolam akan nampak
    bersih selayaknya teleh dibersihkan.
  • Bila bertemu dengan masapi lebih-lebih bila bertemu moa yang berbelang hitam putih diyakini kita akan mendapatkan beruntung yang sangat besar.

Legenda Batu Seorang Ibu Menyusui

Tilangnga memiliki cerita legenda tentang batu yang menyerupai seorang ibu yang sedang menyusui dengan posisi jongkok berada didalam goa yang terdapat disekitar kolam Tilangnga.
Cerita ini berkisah pada saat itu ada seorang ibu yang sedang mencuci akan tetapi hujan turun dengan tiba-tiba dengan sangat deras diiringi petir, sehingga dia berteduh dalam goa akan tetapi ibu ini melanggar adat dengan mengumpat dan berkata yang tidak sepantasnya di Telaga Suci Tilangnga dan tak ada rasa ingin bertobat sehingga dengan bersamaan saat ibu dan anak ini berteduh dalam goa terkena kutukan dan akhirnya menjadi batu.
Banyak suami istri yang datang membawa sesajian berupa telur maupun dupa untuk meminta diberi keturunan dengan berdoa sambil memgng payudara sang ibu bila mana doanya dikabulkan akan keluar air putih seperti ASI lalu diminum dan dalam jangka waktu sekian bulan keinginan suamiistri akan mendapatkan keturunan.
Melihat dari keindahan dari tempat Tilangnga kita akan mendapati situasi yang banyak mengandung sebuah misteri dimana alam disekitarnya sangat mendukung, yang mana pohon-pohon besar dan terasa gelap sehingga ini menambah aroma mistis.
Dari cerita yang beredar ini pada hakekatnya kearifan lokal yang ada kita jaga bersama-sama untuk menjaga keutuhan ciptaan.

Baca Juga

Tinggalkan komentar