Arti Mimpi

Ritual-Ritual Mistis yang Berada di Sulawesi Selatan

Suriyanti

Indonesia merupakan sebuah Negara yang terdiri dari berbagai pulau, dam keanekaragaman adat istiadat. Dimana setiap daerah mempunyai kebudayaan dan ritual yang berbeda yang masih dipertahankan sampai sekarang. Seperti ritual-ritual yang masih sering dilakukan oleh orang-orang di Sulawesi selatan berbau mistis dan supranatural yang sulit untuk dipercaya dan tidak masuk akal.

Ritual Mistis Yang ada Di Sulawesi Selatan

Di daerah Sulawesi Selatan terdiri dari berbagai suku dan bahasa. Disetiap daerah pastilah mempunyai kepercayaan ritual-ritual yang mengandung mistis. Adapun yang akan kami bahas ritual mistis di Sulawesi Selatan diantaranya sebagai berikut :

1. Suku Kajang

Suku Kajang ada di kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak tempuh dari kota Makassar sekitar 200 km dan pusat kota Bulukumba sekitar 60  kilometer. Walaupun suku Kajang tidak seterkenal dengan suku-suku lainnya, seperti suku Dayak, Dani, Sasak, Asmat dan lainnya.

Suku Kajang  dibagi 2 secara geografis terbagi 2 yaitu  Kajang Dalam (suku Kajang, mereka di kena dengan “Tau Kajang”) sedangkan yang kedua disebut Kajang Luar (Suku Kajang Modern mereka yang berdiam disekitar suku Kajang mereka sering disebut “Tau Embang”).

Suku Kajang masih memegang teguh ajaran “pasang ri Kajang” yaitu ajaran yang di nilai ampuh melestarikan hutan.

Apabila kita berkunjung kawasan Ammatoa, kita harus berpakaian hitam dan tak beralaskan kaki. Hal ini merupakan sebuah warna adat yang kental akan warna hitam di mana warna hitam bermakna suatu kesederhanaan, kesamaan, dan kekuatan.

Masyarakat kajang menjunjung tinggi akan nilai semboyan yaitu “kamase-mase” atau kesederhanaan. Dan kelestarian hutan terjaga disana sehingga keasrian lingkungannya begitu menyejukkan dan menyegarkan.

Di suku kajang, kita tidak akan menjumpai akan penerangan listrik dan barang-barang elektronik. dan tida ada bangunan yang terbuat dari batu bata. yang ada hanya rumah panggung, hal ini dilarang untuk menggunakan batu bata kerena mereka berpendapat hanya orang mati saja yang berada di liang lahat dan diapit oleh tanah.

Baca Juga :  Dahsyatnya Khasiat Puasa Ngebleng untuk Ilmu Pelet, Kesaktian dan Pesugihan

Suku Kajang terkenal dengan ritual mistisnya yang disebut doti, doti identik dengan santet yang bisa membuat orang menderita dan menyakitkan bahkan bisa membuat mati mendadak. Dimana bukan hanya 1 orang bisa kena bahkan 1 keluargapun bisa kena sekaligus. Dan doti tidak bisa disembuhkan oleh dokter manapun.

Ritual doti ini dilakukan dengan menggunakan media serta benda-benda tertentu dan dilakukan dengan prosesi khusus. Dan bisa juga dilakukan dengan membaca mantra-mantra tertentu.

Ritual yang lain yang sakral adalah ritual kasih makan bayangan, ritual ini bertujuan agar diberi kemudahan dalam mencari rejeki dan selalu diberi kesehatan. Ritual ini digelar pada Jumat malam. Ritual ini dikenal dengan nama Ritual Nganre Sassang.

Anggota keluarga yang melakukan ritual ini menyiapkan lilin merah, serta beberapa aneka macam makanan terdiri dari pisang raja,nasi putih, nasi ketan 3 warna dan 2 ayam bagi yang sudah berumah tangga dan seekor ayam yang belum berumah tangga. Masih banyak ritual mistis yang ada di suku Kajang. Kami akan membahasnya di kemudian hari.

2. Tanah Toraja

Toraja merupakan wilayah yang ada di Sulawesi Selatan. Di mana nuansa mistis dan situs-situs bersejarah dan panorama yang indah menjadikan satu daya tarik pariwisata. Tanah toraja sudah terkenal baik dalam negeri maupun di luar negeri.

Salah satu ritual di Tana toraja yang cukup terkenal dan terbilang seram yakni ritual mengganti pakaian leluhur dan mayat berjalan. Ritual ini sering dinamakan Ma’nene, dimana mayat yang diawetkan sebelumnya, di turunkan dari kuburannya dan di ganti pakaiannya serta didandani dan diarak.

Masyarakat toraja menyakini  kematian menjadi sesuatu yang disakralkan dan harus di hormati.
Adapun prosesi ritual ma’nene ini dilaksanakan, keluarga akan mendatangi kuburan leluhur yang dimana telah meninggal berpuluh tahun dan telah diawetan. Mayat leluhur tersebut dibersihkan dengan kuas dan digantikan pakaian yang baru.

Baca Juga :  Apakah Arti Mimpimu Bila Melihat Jembatan ? Mitos atau Fakta.

Sebelum prosesi ini dilaksanakan yaitu membuka pintu kuburan yang disebut Patane dan mengangkat dan membesihan mayat, tetua adat akan terlebih dahulu berdoa dengan bahasa Toraja kuno, dimana tetua adat disebut juga Ne’ Tomina Lumba yang mana artinya orang yang dituakan.

Di mana tetua memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat keberkahan setiap musim tanam hingga panen berlimpah.

Waktu pelaksanaan prosesi ritual ini berdasarkan kesepakatan bersama keluarga dan tetua adat melalui musyawarah desa. Ritual ini dilakukan setiap 3 tahun sekali.

Tradisi Ma’nene ini dilakukan oleh orang khusus yang memiliki ilmu untu membangkitkan orang mati. Bahkan binatangpun yang telah dipotong dan dikuliti jika diberi mantera-mantera bisa berdiri dan berlari kencang.
Tapi tradisi manene yang membuat mayat berjalan sudah jarang lagi dijumpai hanya sekarang acara ma’nene sebatas mengganti baju jenasah, dan menggerakkan mayat tersebut layaknya orang berjalan.

3. Takalar

Satu lagi tradisi yang ada di sulawesi selatan yang terletak di daerah Takalar. Dimana tradisi ini dilakukan dalam rangka menyambut pesta panen raya.
Tradisi yang dinamakan tradisi Apadekko selalu di adakan tiap tahun dan dihadiri oleh ribuan masyarakat. Karena tradisi ini terbilang unik dan mengandung mistis, dimana ritual ini saling hantam balok kayu serta batu namun hal ini tidak dirasakan sakit ataupun terluka.
Sebelum diadakan ritual ini diawali dengan berdoa dan memanjatkan doa keselamatn setelah usai berdoa peserta diwajibkan meminum air putih yang disuguhkan oleh kepala adat yang dimana dipercaya mampu menghidari diri dari sakit dan luka saat prosesi ritual dilakukan.
Setelah itu tradisi dilanjutkan berkeliling kampung disertai tabuhan gendang tradisional, dan dilanjutkan kemakam leluhur sebagai tanda penghormatan kepada nenek moyang.
Puncaknya dimana para wanita menumbuk lesung sebagai irama, para peserta laki-laki menari hingga terlibat saling menghantam kayu hingga kayu itu patah bahkan pakai batu. Tapi anehnya tak ada yang terluka dan tak menyakitkan. Mereka merasakan seperti dipukulkan kapas di badan mereka.

Baca Juga

Tinggalkan komentar