Table of Content
    Pendemi Covid 19 yang sangat mengkhawatirkan sekarang ini dan menakutkan bukan hanya Indonesia yang mengalami wabah corona ini namun sebagian dunia dibuat gentar akan virus yang bermuasal dari Wuhan China yang mana sudah lebih jutaan  yang telah terenggut nyawanya akibat pendemi virus ini.

    Bukan hanya pertama ini Indonesia diserang pendemi wabah penyakit, pada tahun 1918 pendemi flu dengan sebutan flu Spanyol, pendemi ini juga memakan banyak korban jiwa bukan hanya Indonesia yang berdampak pada saat itu sebagian besar masyarakat duniapun kena imbas teror flu Spanyol ini mengakibatkan meninggalnya lebih dari 50 juta orang meninggal yang mana ini berlangsung selama 2 tahun.

    Sehingga banyak cara yang dilakukan agar wabah ini cepat ditangani, seperti hal-hal yang dilakukan sebagian orang Jawa dalam menangani dan melihat tanda wabah penyakit ini datang. Mari kita simak dibawah ini.


    Tanda-tanda Sebelum Wabah Datang Menurut Orang Jawa

    Merebaknya wabah corona mengingatkan lagi dimasa dahulu dimana kepercayaan dihubungkan dengan konsepsi lama direlasikan dengan peristiwa mistis seperti hantu lampor dimana desas desus seputar lampor, kemungkinan muncul manakala banyak wabah penyakit, ini merupakan kepercayaan masyarakat di Jawa Timur. Jika ia datang orang bisa mati dalam tidurnya.

    Pagebluk lampor pernah terjadi pada masa lalu yang dampaknya sangat dahsyat dimana ini terjadi pada saat Amangkurat I wafat. Saat itulah Mataram tertimpa musibah dimana banyak orang sakit, negara terbengkalai, udara tidak baik, makanan mahal, kemarau berkepanjangan sehingga udara begitu panas, dimana negara Mataram seperti terbakar.

    Pengemis bertebaran disepanjang jalan dan sungai, penyakit mewabah seperti sakit borok, kudis, pathek, bubul dan sejenisnya. Jika orang sakit di waktu pagi sorenya akan meninggal, begitu banyak orang meninggal saat itu.

    Saking menakutkannya dampak pagebluk ini, Orang Jawa pun mulai mencari pertanda atau tetenger sebeluum wabah datang. Pada zaman Mataram Islam pagebluk sering dihubungkan dengan kemunculan bintang berekor atau komet, orang Jawa menyebutnya sebagai lintang kemukus yang kemunculannya ini dimaknai sebagai pembawa hal yang kurang baik terkecuali jika komet ini munculnya di arah barat.

    Kemunculan Komet Pada Arah Tertentu Memiliki Arti Sebagai Berikut :

    1. Jika komet muncul dari arah Timur 
    Ini pertanda bahwa ada raja yang sedang berbela sungkawa, sehingga rakyat tidak diperhatikan dan desapun banyak yang mengalamikerusakan dan kesusahan yang mana harga beras dan padi murah namun harga emas tinggi harganya.

    2. Jika komet muncul di arah Selatan
    Ini pertanda jika ada raja mangkat dan para pembesar susah, hujan terus turun walaupun hasil kebun melimpah. Beras padi, kerbau dan sapi sangatlah murah dihargai sehingga orang desa pada merana akan anjloknya harga, namun mereka tetap mengagungkan kekuasaan Tuhan yang Maha Suci.

    3. Jika komet muncul dari Barat Daya
    Ini pertanda ada raja yang mangkat. Orang desa melakukan kebajikan, beras dan padi murah dan hasil kebun melimpah ruah namun kerbau dan sapi banyak yang mati.

    4. Jika komet muncul dari Barat 
    Ini pertanda baik dimana ada penobatan raja,sehingga para pembesar dan rakyatnya turut ersuka cita. Padi dan beras pun murah harganya. Apapun yang telah ditanam berbuah dengan suburnya serta cepat menghasilaknnya, hujan turun dengan derasnya dan waktunya agak lama. Dalam perdagangan barang-barang yang diperjualabelikan harganya murah karena ini merupakan berkah dari Tuhan.

    5. Jika komet muncul dari Timur 
    Ini pertanda ada raja yang kalut pikirannya akibat kekeruhan dalam pemerintahannya dimana perselisihan yang semakin berkembang menjadi peperangan, beras dan padi harganya mahal dan emas hargan turun.

    Ketika tanda-tanda ini terjadi dimana adanya wabah penyakit yang akan menyerang hewan dan bila hal ini terjadi ini merupakan pertanda dari alam dimana ini secara harafiahnya ini disebut malapetaka yang bertalian dengan bencana penyakit.

    Penanganan Wabah Penyakit 

    Dimasa lampau malapetaka ini biasanya masyarakat melakukan penyembuhan, tidak dengan penanganan medis akan tetapi melakukan ritual seperti membuat tumpeng yang biasa kita temui di masyarakat Tengger mereka menamakan Tumpeng Pras. Mereka akan mengadakan ritual  setelah itu dikepras atau pemotongan yang mana di yakini pemotongan ini untuk menghilangkan penyakit.

    Seperti halnya di Yogyakarta untuk menghilangkan wabah penyakit mereka mempercayai dengan memasak sayur lodeh yang terdiri dari tujuh bahan dasar yaitu kluwih (nangka muda), cang gleyor (kacang panjang), terung, waluh(labu), godong so (daun melinjo), melinjo dan tempe. Konon masing-masing bahan tersebut memilik makna dan harapan yang terkandung didalamnya, dimana mereka percaya menyajikan sayur lodeh manjur untuk menolak bala.

    Itulah beberapa hal yang mana kita tidak perlu diperdebatkan ini merupakan semuanya berdasarkan sebuah keyakinan. Apakah benar berkhasiat ataupun tidak itu cukup diyakini atau tidak, tinggal pilih. Semoga ini bisa bermanfaat.
    Related Posts: