Table of Content
    Suku Kajang termasuk suku yang ada di Sulawesi Selatan tepatnya berada di wilayah Bulukumba. Yang mana kita tahu bahwa Kajang sendiri itu dibagi menjadi dua yakni Kajang Dalam (ammatoa) dan Kajang Luar (orang-orang yang berdiam di sekitar suku kajang yang sudah modern).

    Bila kita akan berkunjung ke daerah Kajang Dalam haruslah mematuhi segala peraturan adat yang berlaku, dimana memasuki kawasan ini kita tidak boleh memakai alas kaki seperti sandal, tidak boleh menggunakan kendaraan, dan yang harus diperhatikan kita harus memakai pakaian yang berwarna hitam.

    Menilik Adat Istiadat dan Mitos yang Ada Di Suku Kajang Dalam

    Adat Istiadat dan Mitos Suku Kajang Dalam yang Masih Diyakini

    Memasuki kawasan Kajang Dalam, Anda takkan melihat namanya hal-hal yang bersifat modern, seperti listrik, rumah gedung, kompor gas, handphone dan lain-lain. Mereka menjauhkan diri dari segala yang berhubungan dengan hal-hal moderen. Jika sekarang orang-orang memakai penerang PLN disana masih memakai pelita, begitupun dengan memasak tetap memakai kayu bakar. Kita takkan pernah melihat yang namanya Televisi.

    Seperti halnya dengan tempat tinggal mereka yakni rumah, rumah adat suku Kajang berbentuk rumah panggung, tak beda dengan rumah adat suku Bugis-Makassar. Bangunan rumah mereka menghadap ke Barat mereka meyakini jika mereka membangun rumah melawan arah terbitnya matahari dipercaya akan mampu memberikan berkah.

    Hukum adat yang diterapkan oleh Suku Kajang Dalam sangat kental dan masih berlaku sampai sekarang

    Warga masyarakat Suku Kajang dalam menggunakan warna hitam sebagai warna adat yang kental akan kesakralannya. Dimana warna hitam memiliki makna tertentu bagi masyrakat disana sebagai bentuk persamaan dalam segala hal, kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta.

    Inilah mengapa Suku Kajang Dalam  (ammatoa) memiliki suatu mitos yang diyakini sampai sekarang diantaranya :
    • Jangan pernah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan adat istiadat di daerah kajang dalam ini jika tidak ingin anda kena doti (guna-guna) yang mana bila ini terjadi anda akan merasakan sakit yang berkepanjangan bahkan kematian.
    • Adanya larangan membuat rumah dengan bahan dari batu bata sebab ini sangat dipantang (pamali) bagi mereka karena mereka meyakini hanya orang mati saja yang berada di liang lahat yang diapit oleh tanah. Jadi jika ada yang membangun dengan bahan bakunya dari tanah sama halnya orang ini atau pemilik rumah ini dianggap sudah mati karena sudah dikelilingi oleh tanag.
    • Menurut mitos masyarakat Kajang Dalam, burung kajang merupakan cikal bakal manusia yang dikendarai oleh To Manurung sebagai ammatoa sebab itulah daerah tersebut disebut dengan Suku Kajang.

    Kekentalan   Adat-Istiadat Suku Kajang Dalam

    Hukum adat yang diterapkan oleh Suku Kajang Dalam sangat kental dan masih berlaku sampai sekarang.

    Masyarakat Ammatoa meyakini akan ajaran agama yang disebut Patuntung dimana jika diartikan sebagai mencari sumber kebenaran, dimana ajaran patuntung ini mengajarkan manusia wajib menyandarkan diri pada tiga pilar utama, yakni menghormati Turiek Akrakna (Tuhan), tanah yang diberikan Turiek Akrakna dan nenek moyang.

    Walau kehidupan sangat modern namun Suku kajang Dalam tetap teguh dalam kehidupan yang sederhana tak silau akan teknologi baru. Dimana suku Kajang dalam membentengi dirinya dan kuat berpegang dengan tradisi nenek moyang yang disebut dengan pappasang, dimana hukum adat ini tidak tertulis namun tidak boleh dilanggar bila dia langgar akan didenda atau dikucilkan oleh masyarakat selama 7 turunan.

    Hutan merupakan hal yang masih terjaga akan kelestariannya hal ini mereka yakini bahwa didalam hutan terdapat kekuatan gaib yang dapat mensejahterakan dan sekaligus mendatangkan bencana dikal tidak dijaga kelestariannya.

    Jika ada orang yang berani masuk hutan dan menebang pohon dan membunuh hewan yang ada didalamnya maka arwah leluhur aka murka dan menurunkan kutukannya, yang mana kutkan ini berupa penyakit yang akan didapat orang yang melakukan hal tadi, yang lebih parah yakni tak adanya air yang mengalir dilingkungan Tanatoa Kajang. Inilah mengapa masyarakat Kajang sangat menghormati lingkungannya dengan cara menjaga hutan agar tetap lestari.

    Itulah mengapa Suku Kajang ini tetap bertahan akan kemewahan dan moderennya teknologi karena tak adanya keserakahan yang ada dalam diri mereka. Dimana dia menganggap bahwa benda-benda teknologi dapat membawa dampak negatif bagi kehidupan mereka.

    Itulah beberapa tentang Suku Kajang baik dengan mitos yang masih diyakni sampai sekarang maupun adat istiadatnya yang masih dipertahankan. Dimana Adat bagi mereka merupakan hal yang sangat penting untuk dijunjung tinggi,segala sesuatu mereka letakkan diatas kebutuhan hidup dan sesuatu yang dapat mengajarkan meraka bagaimana melangkah dengan baik dalam menjalani kehidupan dunia ini. Semoga kita bisa melihat sisi baiknya adat yang masih dipercaya  Suku Kajang Dalam ini.



    Related Posts: